Kamis, 03 Maret 2011

Working Title - TEA

yes, i've been bragging to some of my close friend that i used to write novel, already on its page 66, but all of sudden writer's block strike (well, im doing my final project, back in the 07. Nothing too dramatic bout it). Ive done writing the story frame, but, i've changed (A LOT) in this past few years. I lose the feel, the essence, the emotion of my story.

So now, to encourage myself to continue it, here's the prologue. A short one, before i start to publish the first chapter. Enjoy.


Prolog

Sore itu semuanya tampak seperti biasa. Udara di sekitar Dago Pakar memang sangat sejuk untuk dinikmati. Sudah kedua kalinya kami melakukan ritual ini, dan memang lumayan untuk melepaskan penat setelah mengerjakan bertumpuk-tumpuk tugas kuliah yang serasa tidak ada habis-habisnya. Jadi yah, boleh lah…

Sebetulnya sih ini ide Michael.

Michael Anugrah, sobat, teman, kekasih hati, belahan jiwa serta pemersatu kami berempat. Mangkat enam bulan setelah ia merekatkan kami. Hingga sekarang tidak ada yang tahu apa penyebab kematiannya, sebab tidak ada yang berhasil menemukan jenasah Michael. Ia menghilang saat mendaki gunung Kilimanjaro bersama lima anggota tim pecinta alam yang dibinanya. Setelah berbulan-bulan tidak terdengar kabarnya, secara resmi Michael dianggap meninggal. Padahal, diantara kami berlima, dialah yang paling humoris, jenaka, atau mungkin kelewat iseng. Kepergiannya merupakan hal yang paling berat untuk kami semua. Terutama Ken, karena Michael adalah sahabat terdekatnya.

Dia jugalah yang pertama kali mengajak Deana untuk pergi ke tempat Ken, salah satu teman yang aku idolakan semasa kuliah dulu. Untungnya Deana, dengan amat sangat memaksa dan penuh ancaman, mengajak aku.

Nama ‘Green Tea Club’ merupakan idenya, dan ia juga yang mengharuskan kami setidaknya minum teh hijau bersama setiap sabtu sore di kediaman Ken, sambil menceritakan apa saja yang telah kami lewati selama seminggu sebelumnya. Ada-ada saja ide si Michael. Tapi memang ada benarnya pepatah sembari berenang minum air. Gak ada salahnya minum-minum teh, tukar pikiran, sambil melototi wajah Ken yang tampan. Hingga akhirnya semua berlalu dan menjadi suatu kebiasaan.

Oh kangennya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar